Wujudkan Masyarakat Sadar Wisata , Dispar Lombok Barat Lakukan ini
Dispar Lobar menggelar gotong royong di Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas) Sesaot, Kecamatan Narmada. |
LOMBOK BARAT, - Jajaran Dinas Pariwisata (Dispar) Lombok Barat (Lobar) secara konsisten melakukan kampanye mewujudkan masyarakat sadar wisata melalui aksi gotong royong setiap pekannya. Pagi tadi (15/1), jajaran Dispar Lobar menggelar gotong royong di Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas) Sesaot, Kecamatan Narmada. Tidak sendiri, jajaran Dispar juga dibantu Dinas Lingkungan Hidup Lobar, pihak kecamatan, desa, pengelola, mahasiswa Unram, dan para pelaku wisata di Sesaot.
Purekmas Sesaot merupakan salah satu bagian dari kawasan Sekawan Sejati (Sesaot, Pakuan, dan Buwun Sejati) yang masuk dalam Sustainable Tourism Observatory (STO) bersama tiga daerah lain se-Indonesia dan sudah mencapai Sustainable Tourism Certificate (STC) pada 2018 lalu. Desa Sesaot sendiri pada 2019 lalu juga menerima anugerah penghargaan Indonesia Sustainable Tourism Award di bidang lingkungan oleh Kementerian Pariwisata RI.
"Hari ini kita bergotong-royong disini, ingin tetap mewujudkan apa yang menjadi semangat dari gerakan BISA yang diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata bagaimana mewujudkan destinasi yang bersih, indah, sehat, dan aman dari penyebaran Covid-19. Di sini protokol kesehatan menjadi sesuatu yang sangat diprioritaskan tetapi juga tentu dari aspek keindahan, kebersihan dan keasrian lingkungan juga menjadi perhatiannya," terang Kepala Dispar Lobar, Saepul Akhkam usai kegiatan.
Kegiatan gotong royong ini lanjutnya, ingin tetap memberikan semangat pada para pelaku, kepada para pengelola yakni Badan Usaha Milik Desa dan Pokdarwis yang ada di Desa Sesaot terkait dengan pemeliharaan Sesaot Purekmas sebagai salah satu destinasi di Kabupaten Lombok Barat.
Aksi ini mendapat apresiasi dari Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sesaot, Imam Ibnu Umar. Kegiatan semacam ini diakuinya juga rutin dilakukan pihaknya bersama para pedagang dan masyarakat sekitar setiap satu kali dalam seminggu. Ia berharap kegiatan bersih-bersih di kawasan wisata dapat menjadi contoh kepada masyarakat khususnya yang berada di destinasi wisata untuk lebih sadar akan kebersihan.
Salah satu potensi Purekmas Sesaot adalah aliran sungai yang jernih dan segar. Namun, tidak sedikit sungai yang ada membawa aneka sampah yang berasal dari daerah sekitarnya.
“Sampah disini bukan saja berasal dari tempat ini, namun sampah-sampah ini ada yang kiriman dari tempat lain. Keterlibatan semua pihak sangat kita harapkan, kita sangat membutuhkan bantuan dari desa kami sendiri dan desa tetangga, khususnya masyarakat sekitar sungai sadar agar tidak membuang sampah di sungai. Harapan kami kedepan adanya bentuk kerjasama dari pihak desa dan seluruh masyarakat untuk membersihkan sampah di sungai ini, biar masyarakat tidak membuang sampah lagi di sungai,” harapnya.
Senada dengan Imam, Ibu Jahoriah yang merupakan salah satu pedagang di Sesaot berharap pihak desa dan masyarakat sekitar lebih berkomitmen dalam penanganan sampah.
“Sekarang di sini sudah jauh berbeda bila dibandingkan dengan dulu, sekarang tempatnya sudah bagus. Di sini yang jadi kendala itu tidak adanya tempat pembuangan akhir, kalau tong sampahnya sudah penuh jadinya dibuang sembarangan karena tidak adanya TPA itu,” ungkapnya.
Selain gotong royong, kegiatan juga diselingi dengan diskusi yang dinamakan Dispar atau Diskusi Seputar Pariwisata dengan para pengelola destinasi wisata. Hampir di seluruh desa baik itu desa wisata atau bukan, sampah menjadi salah satu isu penting. Permasalahan utama terletak pada tidak tersedianya tempat pembuangan akhir sampah di desa sehingga masyarakat kebingungan saat akan membuang sampah yang sudah terkumpul. Akibatnya, penanganan sampah menjadi sedikit terhambat.
Terkait hal itu, Kepala Desa Sesaot Yuni Hariseni menerangkah salah satu langkah solusinya. Berkerjasama dengan Pusat Kajian Pariwisata (Pujita) Universitas Mataram (Unram), pihaknya saat ini tengah mengembangkan program “Olah Sampah Terpadu Sampai Tuntas”. Langkah ini diharapkannya mampu menciptakan kawasan Sekawan Sejati yang bersih.
“Ini TPA dalam bentuk bangunan, ada tempat pembakaran disitu. Ketika ada sampah organik dan non organik inikan kita pilah sebelum kita bakar yang nanti kalau sampah organik ada abunya bisa kita gunakan sebagai pupuk. Itu kami sudah punya tungkunya. Tapi belum jadi 100 persen, baru jadi 70 persen. Ketika misalnya tungku di Sesaot ini sudah jadi, kami menginginkan ada kolaborasi supaya sampah-sampah yang ada di tiga desa sekawan sejati ini bisa teratasi,” paparnya.( Gl 02).
Posting Komentar